Well, kali ini saya mau membahas sedikit mengenai a movie: De javu. Pertama dengar judul filmnya, tidak terpikirkan kira-kira bagaimana plotnya nanti, akan tetapi of course, i was so excited to watch the movie. Film ini dibintangi oleh Danzel Washington, Val Kilmer, dan Paula Patton. Saya sudah sering mendengar nama Danzel Washington sebelumnya, namun tidak pernah menonton satu pun filmnya. Kalau Val Kilmer kira-kira masih dua film, yaitu di Batman dan satu film lagi yang tergolong tracing impression, tapi lupa judulnya apa, mungkin karena Batman lebih ikonik dibanding film yang satu lagi itu. Untuk Paula Patton saya masih sekali menonton filmnya di MI4: Ghost Protocol.Yaaah..bisa dibilang ketiganya sudah masuk jajaran top star of Hollywood.
The very first thing that made me so excited to watch this movie- bela-belain nyari subtitle plus engineer it to match to the movie - is the main actor..hahahahaha.
Honestly, kesan saya sama Danzel Washington itu nggak beda, sama kayak nemuin fotonya Jhonny Depp waktu masih klimis dulu, and then i realized, Whooa..no wonder they were given such a title. These Mr. Depp and Mr. Washington dulunya dapat titel- yah,,mengacu ke fisiklah- dari majalah People, nggak heran keduanya jadi idola ibu-ibu di Amerika hahahaha.
Back to the movie, di adegan pertama masih mikir kira-kira letak De javu nya ada dimana. Film ini dibuka dengan sebuah kapal milik U.S Navy yaitu Sen. Alvin T. Stumpf yang membawa para anggotanya beserta dengan keluarga masing-masing untuk melakukan yah...seperti konsolidasi atau gathering mungkin di New Orleans. Ada satu hal yang tidak diketahui para penumpang, yaitu bahwa terdapat bom dalam sebuah mobil yang dimuat dalam kapal. Akhirnya bom tersebut meledak juga tak lama setelah berangkat dari pelabuhan, dan menewaskan ratusan orang di dalamnya.
Setelah insiden terorisme ini- tentu saja menggangu stabilitas nasional- pemerintah menurunkan orang-orang yang terpercaya, termasuk di dalamnya FBI dan Danzel Washington, tentunya. He's a special agent, not an FBI yang dikirim untuk menuntaskan masalah ini, karena terkait dengan bom dan senjata pembunuh. Pada akhirnya nanti Doug Carlin (Danzel Wahington) akan terlibat dengan FBI melalui agen Pryzwarra (Val Kilmer) dalam memecahkan misteri pengeboman kapal tersebut.
Dengan keberadaan teknologi yang canggih, agen Doug Carlin diperkenalkan dengan sebuah teknologi yang dinamakan Snow White oleh FBI. Program ini membantu FBI untuk dapat melihat apa yang terjadi di masa lalu. Namun sebagaimana teknologi yang masih memiliki keterbatasan, program ini hanya melihat kejadian yang terjadi sejak empat hari sebelumnya.
Agen Doug Carlin juga menyadari bahwa ada satu jenazah korban wanita bernama Claire Kuchever (Paula Patton) yang ia yakin tewas sebelum bom meledak di kapal, dan keyakinannya berlanjut pada asumsi bahwa korban tersebut memiliki hubungan dengan otak dari peledakan bom itu sendiri. Maka Snow White pun akhirnya dipakai untuk dapat melihat hal-hal apa saja yang terjadi dalam kehidupan Claire empat hari belakangan sebelum pengeboman tersebut terjadi.
Well, sampai bagian inipun saya masih berusaha bertahan. Pada scene sebelumnya, terlihat Carlin membawah mayat Claire pada Pryzwarra untuk diotopsi. Di salah satu scene Carlin menatap wajah mayat di depannya and he said "She's beautiful, isn't she". Excitement saya drastis turun sampai akhirnya program Snow White dijalankan dan semakin memberi kesan bahwa Doug was in love with her...eventhough she wasn't existed anymore. Banyak scene yang seolah-olah (mungkin perasaan saya saja) yang ingin memberi kesan pula bahwa this Ms. Kuchever is a nice woman, with all her inner beauty...Huh..and i said where is this gonna taking me into?? an action or a romance.
Ujung-ujungnya sedikit kecewa karena awalnya saya ingin melihat the real Washington in action yo', fighting with the bad guy, don't care if he wanted -at the end- to save the woman.Ada action, tapi dominan ke romance kesannya.
Hanya sampai pertengahan film, saya akhirnya memutuskan untuk mengakhirinya saja hehehehe.
By the way, i just love this one concept, though it wasn't the first time i think. Mungkin karena saya udah duluan nonton film Source code yang well i could say really good. Tema kedua film ini bisa dibilang hampir sama, yaitu nyari tau siapa pelaku pegeboman sebenarnya. Bedanya ada pada teknologi yang digunakan. Di De javu dipakai teknologi penglihatan masa lampau, oiya menembus waktu ada juga dimana Carlin kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan Kuchever dan seisi kapal. Kalau di Source Code, Mr.Gylenhall yang sekarat melakukan transformasi kembali ke masa lalu dan meminjam tubuh orang lain. Persamaannya..ya..action lebih intens di Source Code meskipun tetap ada kesan romance nya.
Dapat tidaknya manusia menembus waktu masih menjadi misteri. De javu mengambil konsep yang selama ini dipercayai oleh para ilmuwan. Kalau waktu itu diibaratkan sama seperti a sheet of paper. Kita pernah mendengar kalau waktu itu tidak akan pernah terulang lagi, sebaliknya terus berjalan..yah kalo di diagram Cartesian berjalan dari negative infinity to positive infinity. Kalo ilmuwan berpendat bahwa layaknya selembah kertas tak hingga tadi, kita bisa menembus waktu dengan melompat dari satu titik waktu ke titik waktu tak beraturan lain. Ibaratkan kertas tadi menjadi lengkungan membentuk huruf U, ilmuwan percaya bahwa kita pun sama-sama berjalan dengan lapisan waktu lainnya. Yang pernah saya dengar sebelumnya ada istilah 'lompatan kuantum' but i don't really understand of it.